Saat ini yang kubisa hanya mengambil kemarahan itu,
kutuangkan disebuah kertas menjadikannya kata bernada.
Emosiku perlahan mereda
seiring dengan aroma tangismu yang menampar tepat di kedua belah mataku.
Sejenak ku terdiam....
memikirkan langkah apa yang akan kuambil
sesekali ku remas rambutku pertanda isyarat penuh kebingungan
dengan tatap mata kosong ku memandangmu
berharap ada petuah datang turun dari langit menghampiri otakku.
Beruntunglah tak lama apa yang kuinginkan terkabul
disaat tangismu makin menjadi seperti anak balita yang kehilangan ibunya
Tanpa berpikir ku lakukan apa yang ada dipikiranku
saat itu ku berjalan dengan langkah lambat menghampirimu
Kududuk disebelahmu,
ku daratkan tanganku dibahumu
sesekali ku coba sandarkan kepalamu dibahuku
walaupun awalnya kau menolak
tapi tangan ini tak pantang menyerah untuk melakukannya lagi
hingga akhirnya kau menyerahkan bahumu dipundakku.
Sesaat ku dengarkan air mata menyayat hati
hingga membuat ku sendu
akhirnya ego diri ini terkalahkan
oleh nyanyian air mata mu itu
membuat ku harus mengalah mengakui kesalahan yang tak pernah kuperbuat
Mungkin mereka pikir aku bodoh
selalu bertahan tanpa peduli rasa sakit yang datang menertawakanku
Biarkan mereka dengan anggapan mereka sendiri
hingga saat ini ku masih menikmati kebodohanku.
Berjuta juta pertengkaran yang pernah singgah
takkan pernah berhasil membujuk ku untuk membencimu
Karya : JTP,