07
November 2017. Malam.
Hasrat
untuk menulis kembali. Cuaca sejuk dingin, suhu hari ini memang lembab
seharian. Puluhan lagu sudah terputar acak di radio. Suasananya sudah tercipta.
Tapi. Pikiranku kosong, aku tak tau apa yang harus ku ketikan dalam lembaran
putih dihadapanku. Tak ada satu objek atau subjek yang bisa difokuskan.
Sejak
kemarin malam terlalu banyak yang terlintas di pikiran. Sepertinya rasa jenuh
tak pernah memandang siapapun dan dalam keadaan apapun untuk menerjang. Disaat
itulah aku harus merubah suasana. Mencari sudut pandang yang berbeda.
..~..
Terlalu
bingung apa yang harus dilakukan. Finally
tanpa sadar aku membuka modul kursus Brevet, terbesit di otak untuk membaca
kitab pajak tebal itu sampai habis. Tentu saja tidak dibaca sekaligus 650
halaman dalam semalam. Dan benar saja sesuai dugaan umat manusia. Selang
beberapa menit, rasa bosan mulai membayangi. Haha. Entah kenapa selalu seperti
itu. Berbeda halnya dengan membaca novel. You
can enjoying read this.
Tiba-tiba
mataku tertarik pada laci keempat di lemari. Setelah dibuka, ada sebuah kotak
besar, tumpukan beberapa topi, syal, hardcase hp dan celengan. Ku ambil kotak
bercorak garis biru putih. Ku buka tutupnya. Semua barang senada berwarna ungu
ada didalamnya. Bukan berarti aku purple lover. WKWK. Aku hanya menyukai
beberapa barang kecil yang berwarna ungu. Sebagian isi kotak itu adalah kado
dari sahabat ku sejak SMK. She is my
best. Ever.
Ku
keluarkan buku kecil berbentuk diary
dengan cover dominan berwarna ungu
dihiasi dengan corak bunga berwarna soft
pink dengan flip segitiga seperti penutup amplop surat. Bolpoint mungil
ungu yang sangat ku suka tapi harus ku
museumkan dalam kotak tersebut, karna sayang takut habis. Haha
Pengiritan. Ku ambil dua barang tersebut, bukan berarti aku mau nulis diary-_-. Tidak sama sekali. Oh masa ku
sudah lewat jika masih menulis diary guys.
Didalam
buku itu hanya ada beberapa penggal kalimat. Bukan dalam bentuk cerita seperti
curhatan. Mungkin lebih seperti sebait puisi. Tapi btw, aku bukan orang yang
bisa membuat puisi. Hanya menyukai
beberapa kalimat yang menurutku seperti sebuah kata yang tersirat untuk
mengungkapkan sesuatu. Karna bagiku, disitulah sisi penghayatan terdalam
seseorang dalam menulis.
Lembaran
awal menggambarkan diriku sedang bahagia. Setiap membalikan lembaran baru,
kenangan catatan hari itu terbuka kembali. Bukan hanya foto yang bisa
mengembalikan kenangan, tapi tulisan pun bisa. Halaman terakhir, walau hanya
satu halaman, hanya enam baris kalimat tapi mampu membuka beberapa waktu yang sempat
terlintas. Bukan hanya saat menulis pada saat itu. Bahkan hari-hari setelahnya.
Masih
dalam halaman yang sama. Tentang kamu. Kamu hanya ada dalam satu halaman. Tapi mampu mengembalikan banyak
berbagai macam kenangan. Kalimat di satu halaman itu, melukiskan keresahan
namun tetap menguatkan. Tapi dapat menggambarkan mulai dari rasa bahagia sampai
rasa tak percaya yang memang membuatku sedih.