Senin, 27 November 2017

2. Satu Halaman Tentang Kamu

07 November 2017. Malam.
Hasrat untuk menulis kembali. Cuaca sejuk dingin, suhu hari ini memang lembab seharian. Puluhan lagu sudah terputar acak di radio. Suasananya sudah tercipta. Tapi. Pikiranku kosong, aku tak tau apa yang harus ku ketikan dalam lembaran putih dihadapanku. Tak ada satu objek atau subjek yang bisa difokuskan.
Sejak kemarin malam terlalu banyak yang terlintas di pikiran. Sepertinya rasa jenuh tak pernah memandang siapapun dan dalam keadaan apapun untuk menerjang. Disaat itulah aku harus merubah suasana. Mencari sudut pandang yang berbeda.
..~..
Terlalu bingung apa yang harus dilakukan. Finally tanpa sadar aku membuka modul kursus Brevet, terbesit di otak untuk membaca kitab pajak tebal itu sampai habis. Tentu saja tidak dibaca sekaligus 650 halaman dalam semalam. Dan benar saja sesuai dugaan umat manusia. Selang beberapa menit, rasa bosan mulai membayangi. Haha. Entah kenapa selalu seperti itu. Berbeda halnya dengan membaca novel. You can enjoying read this.
Tiba-tiba mataku tertarik pada laci keempat di lemari. Setelah dibuka, ada sebuah kotak besar, tumpukan beberapa topi, syal, hardcase hp dan celengan. Ku ambil kotak bercorak garis biru putih. Ku buka tutupnya. Semua barang senada berwarna ungu ada didalamnya. Bukan berarti aku purple lover. WKWK. Aku hanya menyukai beberapa barang kecil yang berwarna ungu. Sebagian isi kotak itu adalah kado dari sahabat ku sejak SMK. She is my best. Ever.
Ku keluarkan buku kecil berbentuk diary dengan cover dominan berwarna ungu dihiasi dengan corak bunga berwarna soft pink dengan flip segitiga seperti penutup amplop surat. Bolpoint mungil ungu yang sangat ku suka tapi harus ku  museumkan dalam kotak tersebut, karna sayang takut habis. Haha Pengiritan. Ku ambil dua barang tersebut, bukan berarti aku mau nulis diary-_-. Tidak sama sekali. Oh masa ku sudah lewat jika masih menulis diary guys.  
Didalam buku itu hanya ada beberapa penggal kalimat. Bukan dalam bentuk cerita seperti curhatan. Mungkin lebih seperti sebait puisi. Tapi btw, aku bukan orang yang bisa membuat puisi. Hanya menyukai  beberapa kalimat yang menurutku seperti sebuah kata yang tersirat untuk mengungkapkan sesuatu. Karna bagiku, disitulah sisi penghayatan terdalam seseorang dalam menulis.
Lembaran awal menggambarkan diriku sedang bahagia. Setiap membalikan lembaran baru, kenangan catatan hari itu terbuka kembali. Bukan hanya foto yang bisa mengembalikan kenangan, tapi tulisan pun bisa. Halaman terakhir, walau hanya satu halaman, hanya enam baris kalimat tapi mampu membuka beberapa waktu yang sempat terlintas. Bukan hanya saat menulis pada saat itu. Bahkan hari-hari setelahnya.

Masih dalam halaman yang sama. Tentang kamu. Kamu hanya ada dalam satu halaman. Tapi mampu mengembalikan banyak berbagai macam kenangan. Kalimat di satu halaman itu, melukiskan keresahan namun tetap menguatkan. Tapi dapat menggambarkan mulai dari rasa bahagia sampai rasa tak percaya yang memang membuatku sedih.