Senin, 23 Oktober 2017

1. Hujan di Senin Sore



Langit sudah mulai redup. Tapi malam belum datang. Dan sang dewi rembulan belum juga terlihat. Mungkin keberadaannya tertutup awan abu-abu diatas sana. Dinginnya hembusan angin mulai terasa. Dedaunan yang tertiup santai kini mulai jatuh berguguran satu persatu. Air yang tenang dan datar pun mulai berkejaran akibat hembusan angin yang mulai kencang. Terasa sekali dinginnya.
Seorang pria berusia hampir 40’an mengantarkan secangkir kopi hangat di hadapanku. Setelah ku ucapkan terimakasih, pria itu berbalik dan pergi. Kopi selalu saja menjadi teman yang pas disaat menghabiskan waktu untuk menunggu. Terlebih dengan suasana dingin seperti ini. Ku cicip sedikit sembari memastikan apakah panas atau tidak. Tapi ku suka panasnya, sangat pas. Bagiku. Karena ini selera. Bagaimana seharusnya ku mendeskripsikannya. Mungkin hangat berlebih sedikit dan tidak sampai ke begitu panas. Haha okeh jika sulit dibayangkan, skip saja.
Tak lama kemudian. Segerombolan benda cair langit turun. Ribuan bahkan milyaran ataupun sampai tak terhingga jumlahnya tetesan air jatuh membasahi tanah. Baunya?? Tak usah ditanya. Sungguh membuatku rindu akan turunnya hujan dikala kemarau. Menenangkan dan sejuk.
Beberapa tetes air jatuh berbaur di sebuah kolam renang yang tak begitu luas. Terlintas dipikiranku. Pernahkah terpikir oleh mu, bagaimana rasanya berenang ditengah turunnya hujan. Menyenangkan bukan! Saat dirimu sudah dewasa, mungkin akan merasa risih atau bahkan tidak suka ketika hujan turun. Tapii kadang itu suatu hal yang dirindukan. Secara tidak sadar kamu mengenang masa kecilmu.. Sesederhana itulah kamu sudah bahagia.
Senyum tersirat diwajah ku saat sedang memandang lurus ke arah kolam renang yang sudah sepi penghuni namun terlihat ramai oleh rintiknya hujan yang turun. Sebuah pemandangan yang membuatku iri melihatnya. Sepasang pria dan wanita sepertinya sudah berkeluarga, mereka masih asik menikmati waktu berenangnya ditengah derasnya hujan.
Aaah... andai saja aku tak segera membersihkan diri. Andai saja aku tidak sedang flu, mungkin aku akan kembali masuk ke kolam itu.. Semua “andai-andai’an itu” hanya diwujudkan dengan senyuman dan hembusan nafas yang mengisyaratkan sedikit penyesalan. Hahaha.
Ku raih kopi ku yang ternyata sudah mulai terasa tidak hangat lagi. Ku ambil ponsel yang sedari tadi terabaikan olehku. Ada notif pesan whatsapp. Ku geser notif tersebut. Yang ku tunggu sudah tiba di depan pintu masuk. ‘Sebentar'. Balas ku singkat atas pesan tersebut. Ku teguk kopi ku sampai tetes terakhir~ Endess. Haha.  Ku angkat raselku dan bersiap pergi. “Makasih ya pak” ucapku sembari jalan melewati penjaga kolam renang yang masih sibuk dengan kegiatan didapurnya.
Hujan belum juga reda sepenuhnya, hanya gerimis-gerimis saja yang mungkin nanti bisa turun deras lagi. Karena hujan tidak bisa diprediksi. Untunglah aku memakai sweater berkupluk. Jadi aku bisa menutupi kepalaku dengan kupluk tersebut. Walaupun sedikit memalukan. Haha. Karena, ada sepasang seperti telinga helokitty disamping kepala dan ketika kupluknya dipakai, telinga itu bisa berdiri. Jika aku masih seumuran anak SMP mungkin akan cute menggemaskan. Tapii sekarang aku perempuan berumur 21 tahun dan sebentar lagi official lulus kuliah, itu sudah jauh dari kata lucu menggemaskan versinya anak SMP.
Ku terobos gerimisnya hujan menuju pintu yang ada hanya satu untuk keluar dan masuk area kolam renang. Pria itu sudah menugguku disana. Dia sepupu terdekatku. Dengan menggunakan topi dan jas hujan plastik berwarna biru yang mungkin dibelinya di pinggir jalan sewaktu menuju ketempat ku. Haha. Tanpa ku pikir panjang, ku segera naik motornya dan berangkat pergi untuk segera pulang kerumah. Selagi hujan tak deras.
...~...
Aku punya sedikit cerita tentang berenang. Awalnya aku sama sekali tidak bisa berenang. Memang tidak ada yang bisa langsung berenang pada awalnya, karena memang harus belajar terlebih dahulu. Semuanya selalu seperti itu, jika kamu ingin bisa, maka belajar lah terlebih dahulu. Untuk belajar berenang aku lumayan lama. Aku hanya mulai belajar berenang pada saat SD. Saat itu sekitar kelas 3 atau 4 barulah diadakan renang tiap minggunya. Jujur tidak bisa sama sekali. Sampai sekitar kelas 6 aku selalu pakai papan pelampung atau memegang tangan guru olahraga ku sebagai tumpuan. Haha. Lol. Tapi sekarang udah ngga. Wkwk
Buatku berenang adalah olahraga sekaligus penghilang rasa penat. Untuk urusan olahraga aku lebih sering jogging dan berenang. Karena itu yang simple. Tapi lebih sering dan lebih suka ke berenang. Alasannya sangat receh, yaitu karena tidak kepanasan dan tidak mengeluarkan keringat. Dan saat menyelam ke dalam air, kemudian membuka mata. Hanya air biru yang luas dan kosong. Buatku itu menenangkan. Seolah beban pikiran di luar sana hilang begitu saja. Maksudku kegiatan di darat tidak terpikirkan sama sekali ketika menyelam di dalam air.
Tapiii ketika kembali muncul ke permukaan, seperti kembali ke dunia asal yang ramai dan riweuh. Saat berenang berulang kali bolak balik dari ujung ke ujung sampai ngos-ngossan kehabisan napas. Itu suatu hal yang pas dan berguna banget bagiku untuk menghilangkan kepenatan. Terasa capek tapi meringankan. Asik.
...~...
Malam Senin ini terasa dingin syahdu. Nikmat. Berkat hujan turun tadi sore yang menyejukkan atmosfir kota Jakarta. Sepertinya malam ini akan tidur nyenyak. Dan aku ingin segera tidur lebih awal. Tapi sekarang sudah pukul 22:50 yang tertera di pojok kanan bawah layar laptopku. Dan lagu masih saja silih berganti berputar dari radio yang ku setel di ponsel ku.
‘kaulah lukisan pagi yang ku gambar untuk senjaku. Kaulah selaksa bunga yang warnai musim semiku. Di kala hatiku gundah, kau membuatnya menjadi cerah’. Salah satu lagu yang barusan diputar dan buatku ini enak karena ini lagunya akustikan gitar walaupun tak tau siapa penyanyinya. Malam.. Senin yang menenangkan~

23 Oktober 2017

23:23

Minggu, 15 Oktober 2017

16/10/2017

Aku pernah menulis tentangmu.
Tapi bukan.
Lebih tepatnya saat aku sebenarnya menyesali keputusanku. Dan pada saat itu aku menyalahkanmu. Bukan menyalahkanmu seutuhnya, hanya saja, aku berusaha membenarkan sudut pandangku...
Dan karena aku belum mau untuk menceritakannya pada siapapun, mungkin lebih baik ku jadikan tulisan saja. Tapiiii sayaaaang... tadinya mau di post buat blog tapi nyatanya filenya ga ketemu WKWK. Karna emang lupa namanya atau lupa ngesave. Entahlah.
.
.
Tulisan itu membahasmu seutuhnya.. bukan menceritakan sosok dirimu.. hanya cara berpikirmu saja. Sungguh Cuma itu. Mungkin memang aku pun tak berhak untuk membahas seseorang, dan bisa saja aku menceritakan orang itu tanpa dia tau.. termasuk jahat bukan? Tapi sama sekali bukan itu maksudku, aku hanya menuangkan isi pikiranku saja.
Tidak ada yg salah bukan? Ketika kita tak ingin mengharapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita namun itulah kenyataannya dan harus menerimanya. Kamu dengan cara berpikirmu yang seperti itu dan aku dengan cara berpikirku. Akhirnya kita berusaha membenarkan pikiran kita masing-masing.
Aku pernah menulis seperti ini,
Bukan waktu yang belum tepat, tapi hanya dirimu saja yang belum siap. Karena menurutku, kita tidak dapat menduga dan memprediksi waktu, kita tidak akan pernah siap dengan waktu. Saat waktu yang tiba-tiba itu menghampiri, ya sudah! persiapkan saja dirimu dan hadapi itu. Lebih baik survive dan melewatinya daripada mundur.
.
Namun akhirnya aku belajar dan menyadari sudut pandangmu. Hanya satu kata yang kamu pilih. SABAR. Cara berpikirmu yang akhirnya menegur dan mendamaikanku. Dan tentu aku bisa memahaminya.
Terimakasih karna sampai saat terakhirpun aku masih bisa belajar darimu J