Langit
sudah mulai redup. Tapi malam belum datang. Dan sang dewi rembulan belum juga terlihat.
Mungkin keberadaannya tertutup awan abu-abu diatas sana. Dinginnya hembusan
angin mulai terasa. Dedaunan yang tertiup santai kini mulai jatuh berguguran
satu persatu. Air yang tenang dan datar pun mulai berkejaran akibat hembusan angin
yang mulai kencang. Terasa sekali dinginnya.
Seorang
pria berusia hampir 40’an mengantarkan secangkir kopi hangat di hadapanku. Setelah
ku ucapkan terimakasih, pria itu berbalik dan pergi. Kopi selalu saja menjadi
teman yang pas disaat menghabiskan waktu untuk menunggu. Terlebih dengan
suasana dingin seperti ini. Ku cicip sedikit sembari memastikan apakah panas
atau tidak. Tapi ku suka panasnya, sangat pas. Bagiku. Karena ini selera. Bagaimana
seharusnya ku mendeskripsikannya. Mungkin hangat berlebih sedikit dan tidak
sampai ke begitu panas. Haha okeh jika sulit dibayangkan, skip saja.
Tak
lama kemudian. Segerombolan benda cair langit turun. Ribuan bahkan milyaran
ataupun sampai tak terhingga jumlahnya tetesan air jatuh membasahi tanah. Baunya??
Tak usah ditanya. Sungguh membuatku rindu akan turunnya hujan dikala kemarau. Menenangkan
dan sejuk.
Beberapa
tetes air jatuh berbaur di sebuah kolam renang yang tak begitu luas. Terlintas dipikiranku.
Pernahkah terpikir oleh mu, bagaimana rasanya berenang ditengah turunnya hujan.
Menyenangkan bukan! Saat dirimu sudah dewasa, mungkin akan merasa risih atau
bahkan tidak suka ketika hujan turun. Tapii kadang itu suatu hal yang
dirindukan. Secara tidak sadar kamu mengenang masa kecilmu.. Sesederhana itulah
kamu sudah bahagia.
Senyum
tersirat diwajah ku saat sedang memandang lurus ke arah kolam renang yang sudah
sepi penghuni namun terlihat ramai oleh rintiknya hujan yang turun. Sebuah pemandangan
yang membuatku iri melihatnya. Sepasang pria dan wanita sepertinya sudah
berkeluarga, mereka masih asik menikmati waktu berenangnya ditengah derasnya
hujan.
Aaah...
andai saja aku tak segera membersihkan diri. Andai saja aku tidak sedang flu,
mungkin aku akan kembali masuk ke kolam itu.. Semua “andai-andai’an itu” hanya
diwujudkan dengan senyuman dan hembusan nafas yang mengisyaratkan sedikit penyesalan.
Hahaha.
Ku
raih kopi ku yang ternyata sudah mulai terasa tidak hangat lagi. Ku ambil
ponsel yang sedari tadi terabaikan olehku. Ada notif pesan whatsapp. Ku geser notif tersebut. Yang ku tunggu sudah
tiba di depan pintu masuk. ‘Sebentar'. Balas ku singkat atas pesan tersebut. Ku
teguk kopi ku sampai tetes terakhir~ Endess. Haha. Ku angkat raselku dan bersiap pergi. “Makasih
ya pak” ucapku sembari jalan melewati penjaga kolam renang yang masih sibuk
dengan kegiatan didapurnya.
Hujan
belum juga reda sepenuhnya, hanya gerimis-gerimis saja yang mungkin nanti bisa
turun deras lagi. Karena hujan tidak bisa diprediksi. Untunglah aku memakai sweater berkupluk. Jadi aku bisa
menutupi kepalaku dengan kupluk tersebut. Walaupun sedikit memalukan. Haha. Karena,
ada sepasang seperti telinga helokitty disamping kepala dan ketika kupluknya
dipakai, telinga itu bisa berdiri. Jika aku masih seumuran anak SMP mungkin
akan cute menggemaskan. Tapii sekarang
aku perempuan berumur 21 tahun dan sebentar lagi official lulus kuliah, itu sudah jauh dari kata lucu menggemaskan
versinya anak SMP.
Ku
terobos gerimisnya hujan menuju pintu yang ada hanya satu untuk keluar dan
masuk area kolam renang. Pria itu sudah menugguku disana. Dia sepupu
terdekatku. Dengan menggunakan topi dan jas hujan plastik berwarna biru yang mungkin
dibelinya di pinggir jalan sewaktu menuju ketempat ku. Haha. Tanpa ku pikir
panjang, ku segera naik motornya dan berangkat pergi untuk segera pulang
kerumah. Selagi hujan tak deras.
...~...
Aku
punya sedikit cerita tentang berenang. Awalnya aku sama sekali tidak bisa
berenang. Memang tidak ada yang bisa langsung berenang pada awalnya, karena
memang harus belajar terlebih dahulu. Semuanya selalu seperti itu, jika kamu
ingin bisa, maka belajar lah terlebih dahulu. Untuk belajar berenang aku
lumayan lama. Aku hanya mulai belajar berenang pada saat SD. Saat itu sekitar
kelas 3 atau 4 barulah diadakan renang tiap minggunya. Jujur tidak bisa sama
sekali. Sampai sekitar kelas 6 aku selalu pakai papan pelampung atau memegang
tangan guru olahraga ku sebagai tumpuan. Haha. Lol. Tapi sekarang udah ngga.
Wkwk
Buatku
berenang adalah olahraga sekaligus penghilang rasa penat. Untuk urusan olahraga
aku lebih sering jogging dan berenang. Karena itu yang simple. Tapi lebih
sering dan lebih suka ke berenang. Alasannya sangat receh, yaitu karena tidak kepanasan
dan tidak mengeluarkan keringat. Dan saat menyelam ke dalam air, kemudian
membuka mata. Hanya air biru yang luas dan kosong. Buatku itu menenangkan. Seolah
beban pikiran di luar sana hilang begitu saja. Maksudku kegiatan di darat tidak
terpikirkan sama sekali ketika menyelam di dalam air.
Tapiii
ketika kembali muncul ke permukaan, seperti kembali ke dunia asal yang ramai
dan riweuh. Saat berenang berulang kali bolak balik dari ujung ke ujung sampai
ngos-ngossan kehabisan napas. Itu suatu hal yang pas dan berguna banget bagiku
untuk menghilangkan kepenatan. Terasa capek tapi meringankan. Asik.
...~...
Malam
Senin ini terasa dingin syahdu. Nikmat. Berkat hujan turun tadi sore yang
menyejukkan atmosfir kota Jakarta. Sepertinya malam ini akan tidur nyenyak. Dan
aku ingin segera tidur lebih awal. Tapi sekarang sudah pukul 22:50 yang tertera
di pojok kanan bawah layar laptopku. Dan lagu masih saja silih berganti
berputar dari radio yang ku setel di ponsel ku.
‘kaulah
lukisan pagi yang ku gambar untuk senjaku. Kaulah selaksa bunga yang warnai
musim semiku. Di kala hatiku gundah, kau membuatnya menjadi cerah’. Salah satu
lagu yang barusan diputar dan buatku ini enak karena ini lagunya akustikan
gitar walaupun tak tau siapa penyanyinya. Malam.. Senin yang menenangkan~
23 Oktober
2017
23:23